Di pulau terpencil yang bernama Pulau Kelapa terdapat satu desa, yaitu Desa Kuta Tring. Mayoritas penduduk Pulau Kelapa bermata pencaharian sebagai petani kelapa dan nelayan.
Di Desa Kuta Tring ada seorang gadis yang bernama Funga. Funga adalah seorang anak perempuan yang rajin, pintar, dan pemberani. Anak pertama dari tiga bersaudara yang memiliki cita-cita ingin menjadi seorang pengusaha. Funga berasal dari keluarga yang kurang mampu. Ayahnya bernama Fuad Keumala bekerja sebagai petani kelapa, dan ibunya bernama Nurina bekerja sebagai pembuat minyak kelapa.
Funga lahir dan dibesarkan dari keluarga miskin, hanya dengan mengandalkan pohon kelapa sebagai mata pencaharian keluarga. Funga hanya berpendidikan tamatan SMA. Di sisi lain sebenarnya Funga punya mimpi untuk bisa kuliah tapi mustahil, karena tidak mempunyai biaya. Sejak saat itu Funga mengubur keinginannya untuk kuliah. Funga menjadi seorang yang keras pada diri sendiri dan ingin membuktikan bahwa walau miskin dan tidak punya uang asal punya tekad dan bekerja keras pasti akan dapat menuai cita-cita walau di dalam hati Funga ingin menyekolahkan kedua orang adik-adiknya.
Funga menceritakan pada ibunya tapi ibunya berkata, “Jangan mimpi! Kita tidak punya uang. Untuk kebutuhan kita sehari-hari saja serba kekurangan, bagaimana mungkin menyekolahkan adik-adikmu.”
Akhirnya Funga terdiam dan meninggalkan ibunya dan kemudian ia berfikir benar yang ibunya katakan, jangankan memikirkan pendidikan untuk saudara-saudaranya, biaya hidup sehari-hari sulit bukan main.
Hari berganti hari dan keluarga itu hanya berkutat pada upaya bertahan hidup. Funga menjadi tulang punggung untuk meringankan perekonomian keluarga. Funga sudah terbiasa bekerja sejak SMP dulu. Usai shalat shubuh, ia sudah meninggalkan rumah. Hari masih gelap, ia bergegas menyisir pinggir kampung untuk menjual minyak kelapa dan setrika keliling. Di kala musim panen kelapa ia ikut membantu ayahnya. Beberapa kali Funga melihat ibunya menangis di balik batang kelapa. Funga mengerti kalau ibunya menangis karna sedih melihat Funga ikut membantu dan berjuang bersama mencari nafkah. Melihat ibunya menangis terkadang air mata Funga ikut menetes, namun Funga memilih diam pura-pura tidak tahu. Di desa tempat tinggal Funga, memang keluarga Funga yang termiskin. Alat penerang dalam rumah hanya ada lampu teplok.
Dari pengalaman hidup yang demikian berat dan menentang seorang sosok perempuan, terbentuk menjadi pribadi yang tidak gamang dalam menghadapi masa kini dan kikuk menghadapi masa depan. Dengan keberaniannya Funga ingin mengubah nasib keluarga dari kurang mampu menjadi mampu dan membangun pulau tempat kelahirannya. Hingga suatu hari Funga memutuskan untuk pergi berhijrah keluar pulau mencari pekerjaan.
Beberapa hari kemudian sampailah ia di kota tujuannya. Funga mulai menyusun masa gambaran depannya dan bersiap akan kegetiran hidup yang akan mencengkram di masa depan. Ia memutar otak untuk bertahan hidup dan membiayai keluarganya. Ia tidak merasa risih apalagi gengsi melakukan pekerjaan menjadi tukang setrika keliling sambil melamar pekerjaan. Namun Funga belum mendapatkan juga pekerjaan yang bagus. Funga tidak menyerah. Bayangan kehidupan keluarga serta cita-cita membangun pulau kelahiran memberi kekuatan dan semangat hidup.
Funga selalu berikhtiar dan berdoa semoga ia kelak menjadi seorang pahlawan yang akan memberi perubahan kehidupan dalam keluarganya dan masyarakat di pulau kelahirannya. Dengan keberaniannya setiap hari Funga berjalan kaki keliling menawarkan jasa setrikanya. Suatu pagi Funga sedang bekerja menyetrika di salah satu komplek perumahan, tak disangka tempat ia bekerja menyetrika adalah pemilik salah satu perusahaan terkenal di kota itu. Keikhlasannya dalam bekerja membuat si pemilik perusahaan menawarkan Funga untuk bekerja di perusahaannya. Funga tak percaya bila ibu Sutriani, pemilik perusahaan memberi kepercayaan pada Funga. Rasa terharu dan tak percaya bagaikan mimpi bercampur bahagia karena diterima di salah satu perusahaan pabrik terbesar yang bergerak di bidang pengolahan minyak makan ternama.
Berkat kegigihan dan kejujurannya dalam bekerja, Funga mendapat kepercayaan menjadi manajer di perusahaan tersebut. Perjalanan hidup Funga yang begitu pelik dan penuh warna membentuk seorang pribadi pekerja keras. Tidak pernah terlintas di benaknya beberapa tahun kemudian, Funga diberi kepercayaan untuk menjadi direktur di perusahaan. Keahliannya di bidang usaha sangat luar biasa. Di sela-sela Funga bekerja, Funga tak pernah melupakan keluarga dan masyarakat di pulau kelahirannya. Funga selalu bercita-cita suatu saat Funga akan kembali ke kampung halamannya untuk membangun pulaunya dan memberi perubahan taraf hidup masyarakat di Pulau Kelapa.
Beberapa tahun kemudian Funga mengambil keputusan untuk kembali ke pulau kelahirannya di Pulau Kelapa. Ia merasa telah mampu untuk membangun perusahaan dan memperbaiki perekonomian di kampung halamannya. Tak lama kemudian mulailah Funga membangun perusahaan pengolahan minyak.
Dalam rentang waktu tujuh tahun, perusahaan yang Funga dirikan berkembang dengan pesat menjadi salah satu perusahaan termaju dan ternama. Perusahaan yang diberi nama “Funga Meal Oil Processing Company” memiliki ratusan pekerja. Sejak berdirinya perusahaan itu, banyak perubahan yang terjadi, seperti berkurangnya pengangguran dan mengubah taraf hidup masyarakat di pulau itu yang dulu mayoritas penduduknya bermata pencaharian petani kelapa dan nelayan. Kini telah beruabah menjadi karyawan perusahaan dan memiliki penghasilan tetap.
Funga membangun perusahaan tidaklah semudah membalik telapak tangan walau banyak hambatan Funga tak menyerah, dan tak pernah merasa lelah berjuang untuk keluarga dan masyarakat. Berkat kerja keras, perjuangan, kesabaran, serta keberanian Funga dapat dikenal oleh dunia karena perusahaan minyak kelapa miliknya. Dan sekarang ia diijuluki sebagai “PAHLAWAN PERUBAHAN” karna Funga telah membawa perubahan kehidupan ekonomi di pulau kelahirannya.
Editor: TM